Saturday, December 14, 2013

Contoh Cerpen UNIK

Pikiran Cemas Membawa Petaka


Suatu senja langit nampak indah dengan warna cerah. Di atas langit terlihat burung burung mulai kembali ke sarang untuk istirahat. Begitu juga dengan para petani yang mulai menghentikan pekerjaannya untuk kembali ke rumah. Saat suara adzan mulai berkumandang tak ada satu orang pun yang bekerja. Mereka mulai menghentikan langkah, satu demi satu mulai berjalan menuju Surau. Begitu juga dengan aku. Kakiku mulai ku angkat menuju Surau.

Setelah bersembahyang ku berjalan pulang menuju rumah. Sampai rumah aku bersiap siap untuk pergi les. Setelah aku pamit pada ayahku aku lalu pergi.

Pak mangkat ya ?” tanyaku pada ayah.
ya, ati ati ya.” jawab ayahku.
inggih pak.” Jawab ku pada ayahku.

Setelah itu aku mengeluarkan motor untuk berangkat. Dengan perasaan ragu ragu aku tekan gigi pertama motorku. Sepertinya aku merasakan keganjalan. Dalam perjalanan menuju tempat les masih terpikirkan dibenakku tentang kecemasan itu. Perasaan akan kecemasan itu tidak bisa hilang dari pikiranku. Kecemasan akan suatu hal yang akan terjadi padaku terus melilit dikeningku. Sampai sampai tak terasa sudah sampai di tempat les. Namun perasaan itu masih membayangiku. Aku melamun saat perasaan cemas itu masih melilit kuat.  Saat aku melamun ada salah satu temanku yang bertanya.

            “ Heh… ?” bentak Gilang.
            “ Wwaaak, kaget aku ki bro.” tanggapan spontanku.
Koe ki ngopo kok melamun wae ketmau ?” Tanya Gilang.
“Aku ki ngroso ra penak ee ket menyang les mau ki ?”jawabku.
“Lha emang e ana apa e ?”tanya Gilang.
“Emboh ya, ning aku ki ngrasa bakal ana sesuatu sing bakal menimpaku e?”jawabku.
“ Yo uwes, santé wae.”komentar Gilang.
“ Sante kepiye, aku ki cemas banget e bro.” sahutku.
“Nek ngono koe sabar wae ya.”saran Gilang.
“ oke.” Jawabku.
“ Ting tung ting tung tung!!!” suara bel.

Ternyata tak terasa  dua jam sudah berlalu. Sepertinya waktu berjalan begitu cepat. Semua teman les ku meninggalkan ruang les. Satu persatu mulai berangsur angsur pulang. Begitu juga dengan aku. Salah satu temanku berteriak padaku.
            “Ati ati yo bro ! rasah ngalamun. Pikiran cemas  mau rasah tok pikirke ngko ndak ,malah
 Ora iso konsentrasi le numpak motor.”saran Gilang padaku.
“insyallah.”jawabku.
            Aku pun bergegas pulang kerumah. Saat di jalan pulang aku merasa cemas, sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi padaku. Perasaan buruk akan hal yang terjadi padaku itu tidak bisa hilang. Saat aku memikirkan perasaan cemas itu aku tidak sadar kalau aku sedang mengendarai sepeda motor. Sampai akhirnya aku menabrak sebuah pengguna jalan yang lain. Dan akhirnya aku pun menabrak mobil yang sedang berhenti. Kecelakaan pun tak terhindarkan.
            “Blakk…blukk…brak.”suara benturan motorku dengan mobil.
Suasana di tempat kecelakaan pun menjadi ribut. Aku dengan pengendara mobil pun saling salah menyalahkan. Sambil bercekcokan dengan pengendara mobil, hatiku berkata “apa ini perasaan cemas yang menghantui pikiranku sehingga aku tidak konsentrasi.”
            “ Heh kamu itu bisa pakai motor enggak ?”tanya pengendara mobil.
            “ Ya bisa lah.” Jawabku.
            “ Lha itu bisa pakai motor, kenapa nabrak mobil saya ?” tanya pengendara mobil.
            “ Ya,kan yang salah anda. Kenapa malah saya yang disalahin, seharusnya anda itu sadar
   kalau parkir mobil jangan ditengah.” jawab saya.
“ Yo gak bisa gitu kan saya parkirnya sudah benar, anda yang gak punya mata. Mobil                                   
               saya kan udah dipinggir.” ucap pengendara mobil.
            “ Kurang ajar ki malah ngelokke aku ra duwe mata, karep e piye saiki ?”sahut ku.
            “ Terserah, anda maunya apa ?” jawa si pengendara mobil.
            “ Kalu begitu ayo kita berantem saja daripada ribut gak selesai-selesai “ ajak ku.
            “ Ayo, siapa takut.”jawab si pengendara mobil.

Akhirnya aku dengan si pengendara mobil pun berantem. Kami saling pukul memukul. Pukulan demi pukulan aku hinggapkan di perut sang pengendara mobil. Tak terkecuali dengan si pengendara mobil pun juga memukul perutku dengan keras. Sampai akhirnya aku terkena pukulan di bagian wajahku. Dan akhirnya aku terjatuh,lalu pingsan.
            Saat aku bangun, aku tidak tahu ada dimana. Namun aku melihat ada temanku disampingku. Lalu aku bertanya pada temanku.

            “ Aku ada dimana Mir ?” tanyaku pada temanku.
            “ Di rumah sakit.”jawab Emir.
            “ Emang aku kenapa ?”tanyaku.
            “ Tadi aku lihat kamu pingsan dijalan dan aku juga melihat si pengendara mobil, lalu aku
              bawa kamu ke rumah sakit.”jawab Emir.
            “ Oo aku baru ingat, tadi aku tuh berkelahi sama si pengendara mobil karen aku
               menabrak mobilnya. Kami saling salang salah menyalahkan, aku merasa tidak
               terima karena aku dikatain tidak punya mata. Lalu kita berkelahi deh.” penjelasanku
               pada Emir.
            “ Oo begitu to ceritanya.” sahut Emir.

Tiba-tiba dari pintu muncul seseorang. Ternyata orang itu adalah si pengendara mobil yang aku tabrak. Aku langsung meminta maaf padanya.
            “ Bang saya minta maaf ya, saya mengaku salah. Tolong maafin !” sahutku.
            “ Iya dek aku juga minta maaf, seharusnya mobil ku diparkir lebih ketepi.”jawab
              Pengendara mobil.
            “ Lalu nasib mobil bapak yang peok karena tertabrak motor saya gimana ?”tanyaku.
            “ Sudah, gak usah dipikir. Itu semua tanggung jawab saya. Uang saya dibank juga masih
               banyak. Daripada gak ke pakai.”jawab si pengendara mobil.
            “ Terima kasih banyak ya pak .”ucapku.
Akhirnya aku dan Si pengendara mobil berdamai.
            Waktu telah menunjukkan pukul duabelas malam. Namun aku masih di rumah sakit untuk menunggu di periksa dokter. Setelah diperiksa dokter. Aku boleh diijinkan pulang . Lalu aku bergegas pulang kerumah dengan perasaan bangga karena mendapat pengalaman hidup yang luar biasa.







 
           
           








0 comments:

Post a Comment