Tuesday, December 10, 2013

Jenis Jenis Cacing yang ada di muka bumi

A.    Platyhelminthes(Cacing Pipih)
1.      Ciri-Ciri
a.  Tidak memiliki sistem peredaran darah dan bernafas dengan seluruh permukaan tubuh.
b.   Mempunyai bentuk tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia.
c.   Tidak mempunyai rongga tubuh (selom).
d.   Alat pencernaannya tidak sempurna.
e.   Mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa.
f.    Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik).
g.   Simetri bilateral.
h.   Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa Ganglion anterior.
i.    Sistem pencernaan satu lubang.
j.    Tidak memiliki sitem sirkulasi, respirasi, dan ekskresi.
2. Struktur Tubuh

Platyhelminthes mempunyai tubuh berbentuk pipih tanpa ruas-ruas yang dapat dibagi menjadi bagian anterior (kepala), posterior (ekor), dorsal (punggung), ventral (daerah yang berlawanan dengan dorsal), dan lateral (bagian samping tubuh). Platyhelmintes memiliki tubuh dengan simetri bilateral, hewan ini merupakan triploblastik yang tersusun atas tiga lapisan jaringan yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam).
3.      Habitat
            Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
4.      Sistem Reproduksi
            Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan sendiri atau dua individu.
Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
5.      Metabolisme
6.      Peran
a.  Bisa untuk mengobati penyakit tipes.
b.   Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun  hewan,   kecuali  Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan.
7.      Klasifikasi
          Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita).
·   Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
·    Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma.
·    Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata. Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.
B.    Turbellaria(Cacing Berambut Getar)
1.      Ciri-Ciri
a.  Memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit.
b.   Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
c.   Mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya.
2.      Struktur Tubuh

            Turbellaria adalah platihelminthes yang memiliki silia pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia. Bentuk tubuh bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel. Aurikel ini di gunakan Dugesia saat mencari makananya.
Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler). Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
3.      Habitat
            Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab, dan jarang sebagai parasit.
4.      Sistem Reproduksi
Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi. Planaria dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi.
5.      Metabolisme
Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.
6.       Peran
7.       Klasifikasi
              Terbagi menjadi 5 ordo :
a.   Ordo : Acoela.
Ciri-ciri :
·    Ukuran tubuhnya kecil, hidup di laut & tidak mempunyai intestinum.
Contoh :
·    Convoluta roscoffensis: Sering terdapat pada pasir di pantai, dan hidup simbiose dengan   Chlamydomonadines.
b.   Ordo : Allecoella
Ciri-ciri :
·    Ukuran tubuhnya kecil dan hidup di laut.
·          Intestinum mempunyai satu cabang utama dengan cabangcabang kecil ke lateral.
Contoh :
·    Prorhynchus
·          Pseudostomum
·          Monocelis
·          Bothrioplana
c.   Ordo : Polycladida
Ciri-ciri :
·    Cacing ini hidup di laut.
·          Ukuran tubuhnya beberapa mm s/d 1 cm.
·          Mempunyai banyak cabang pokok pada intestinumnya.
·          Mempunyai banyak testis + ovarium.
·          Telurnya bersegmen dan membentuk spiral.
·          Perkembangan hidupnya terjadi secara langsung pada spesies tertentu dan spesies yang lain, sedangkan stadium larvanya bebas.
·          Polycladida ada yang tidak mempunyai sucker,
Contoh :
·    Planocera
·          Leptoplana
d.   Ordo : Rhabdocoella
Ciri-ciri :
·    Hidup di laut, air tawar atau di tanah.
·          Intestinumnya sederhana dan lurus (tubuler), dan tanpa sekum.
·    Mulutnya terletak dekat ujung anterior.
·    Ukuran tubuhnya kecil, kurang dari 1 mm dan bentuknya silindris, fusiform atau pipih.
·          Sistem reproduksinya aseksual.
Contoh :
·    Hidup bebas di laut :Plagiostomum,Dalyellia,Mesostoma,Microstomum,Macrostomum,  Catenula.
·    Hidup di air tawar : Gyratrix.
·          Hidup pada bangsa Crustacea : Fecampia.
e.   Ordo Tricladida atau Planaria
Ciri-ciri :
·    Termasuk Turbellaria berukuran besar dan sebagian besar hidup di daerah tropis.
·          Mempunyai intestinum dengan tiga cabang pokok.
·          Habitatnya bervariasi.
Hidup di air tawar : Planaria, Crenobia, Dugesia, Polycelis, Dendrocoelum.
Hidup di tanah : Rhynchodemus, ukurannya 6-8 mm.
Hidup di tempat yang lembab, di bawah daaun-daun, kayu dari pohon yang mati.
Hidup di laut : Procerodes, Bdelloura.

C.      Trematoda(Cacing Isap)
1.      Ciri-Ciri
a.  Tubuh cacing ini berbentuk pipih dorsoventral oval atau seperti daun, tidak   bersegmen, kecuali famili Schistosomatidae.
b.   Kutikulanya halus atau berduri.
c.   Biasanya mempunyai saluran pencernaan yang buntu (sekum) dilengkapi dengan satu atau dua alat penghisap untuk menempel.
d.   Memiliki sistem reproduksi hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae (cacing jantan dan betina terpisah).
e.   Makanannya diperoleh dengan cara menghisap lendir, jaringan lemak, darah yang merupakan makanan dari inangnya.
f.    Pada permukaan tubuh trematoda tidak bersilia.
g.   Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap.
h.   Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1 cm.
2.      Struktur Tubuh


3.      Habitat
            Trematoda dewasa umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.
4.      Sistem Reproduksi
5.      Metabolisme
6.      Peran
            Berperan sebagai pada parasit hewan vertebrata.
7.      Klasifikasi






D.    Cestoda(Cacing Pita)
1.      Ciri-Ciri
            a.   Semua anggota cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula.
b.  Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.            c. Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat   pencernaan.
d.   Pada skoleks terdapat alat pengisap.
e.  Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat pengisap,   juga memiliki kait (rostelum).
f.   Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
g.   Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
h.  Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).
i.  Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah tangga sendiri ( metameri)
j.  Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
k. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh cacing.
l.  Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
2.      Struktur Tubuh
a.      Kepala (scolex)
Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat)
Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering dilengkapi dengan kait.
Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).
b.      Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.

c.       Tubuh atau badan
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal, tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d.      Proglottid
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal tiga macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada eucestoda proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi menjadi :
1.   Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.
2.   Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.
3.   Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
4.   Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di usus hospes.
5.   Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen dilepas dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).
3.      Habitat
            Pada umumnya cestoda habitatnya pada saluran pencernaan makanan pada manusia atau binatang. Cacing dewasa menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertabrata .
4.      Sistem Reproduksi
a)      Sistem reproduksi Jantan :
Biasanya berkembang lebih dahulu (Protandry/Androgyny). Testis dapat 1 (biasanya banyak dan tersebar) kemudian berlanjut ke vasa efferentia.
Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan dan betina berdekatan di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid. Fertilisasi dapat terjadi sendiri dalam satu proglotid atau cross (diantara proglotid).
b)      Sistem reproduksi betina:
1.   Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh glandula Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan berakhir di porus genitalis betina.
2.   Gld.Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda) atau follikuler (pada cotyloda).
3.   Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus ini membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus ini buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:
·      bentuk uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).
·      uterus berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam proglotid.
·      Sebelum berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang melindungi sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin organ (Ex: Familia: Thysanosomidae).


5.        Metabolisme
                Cacing pita tidak punya saluran pencernaan sehingga makanannya akan langsung diserap oleh dinding tubuhnya. Sistem syarafnya mirip dengan planaria dan faciola hepatica tetapi tidak berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya membujur, bercabang dan berakhir didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka sehingga zat-zat sisa langsung di eksresikan keluar tubuh.
            Setiap lembar segmen pada cacing pita dewasa hampir semua memiliki organ reproduksi. Spermatozoa mula-mula dalam spherical testis yang mana tersebar dan dibentuk terus pada setiap segmen yang dikumpulkan dalam sebuah tabung kemudian di bawa ke genital pori melaui vas deferens. Telur berasal dari ovari yang didorong masuk kedalam saluraA.    Platyhelminthes(Cacing Pipih)
1.      Ciri-Ciri
a.  Tidak memiliki sistem peredaran darah dan bernafas dengan seluruh permukaan tubuh.
b.   Mempunyai bentuk tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia.
c.   Tidak mempunyai rongga tubuh (selom).
d.   Alat pencernaannya tidak sempurna.
e.   Mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa.
f.    Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik).
g.   Simetri bilateral.
h.   Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa Ganglion anterior.
i.    Sistem pencernaan satu lubang.
j.    Tidak memiliki sitem sirkulasi, respirasi, dan ekskresi.
2. Struktur Tubuh

Platyhelminthes mempunyai tubuh berbentuk pipih tanpa ruas-ruas yang dapat dibagi menjadi bagian anterior (kepala), posterior (ekor), dorsal (punggung), ventral (daerah yang berlawanan dengan dorsal), dan lateral (bagian samping tubuh). Platyhelmintes memiliki tubuh dengan simetri bilateral, hewan ini merupakan triploblastik yang tersusun atas tiga lapisan jaringan yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam).
3.      Habitat
            Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
4.      Sistem Reproduksi
            Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan sendiri atau dua individu.
Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
5.      Metabolisme
6.      Peran
a.  Bisa untuk mengobati penyakit tipes.
b.   Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun  hewan,   kecuali  Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan.
7.      Klasifikasi
          Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita).
·   Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
·    Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma.
·    Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata. Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.
B.    Turbellaria(Cacing Berambut Getar)
1.      Ciri-Ciri
a.  Memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit.
b.   Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
c.   Mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya.
2.      Struktur Tubuh

            Turbellaria adalah platihelminthes yang memiliki silia pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia. Bentuk tubuh bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel. Aurikel ini di gunakan Dugesia saat mencari makananya.
Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler). Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
3.      Habitat
            Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab, dan jarang sebagai parasit.
4.      Sistem Reproduksi
Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi. Planaria dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi.
5.      Metabolisme
Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.
6.       Peran
7.       Klasifikasi
              Terbagi menjadi 5 ordo :
a.   Ordo : Acoela.
Ciri-ciri :
·    Ukuran tubuhnya kecil, hidup di laut & tidak mempunyai intestinum.
Contoh :
·    Convoluta roscoffensis: Sering terdapat pada pasir di pantai, dan hidup simbiose dengan   Chlamydomonadines.
b.   Ordo : Allecoella
Ciri-ciri :
·    Ukuran tubuhnya kecil dan hidup di laut.
·          Intestinum mempunyai satu cabang utama dengan cabangcabang kecil ke lateral.
Contoh :
·    Prorhynchus
·          Pseudostomum
·          Monocelis
·          Bothrioplana
c.   Ordo : Polycladida
Ciri-ciri :
·    Cacing ini hidup di laut.
·          Ukuran tubuhnya beberapa mm s/d 1 cm.
·          Mempunyai banyak cabang pokok pada intestinumnya.
·          Mempunyai banyak testis + ovarium.
·          Telurnya bersegmen dan membentuk spiral.
·          Perkembangan hidupnya terjadi secara langsung pada spesies tertentu dan spesies yang lain, sedangkan stadium larvanya bebas.
·          Polycladida ada yang tidak mempunyai sucker,
Contoh :
·    Planocera
·          Leptoplana
d.   Ordo : Rhabdocoella
Ciri-ciri :
·    Hidup di laut, air tawar atau di tanah.
·          Intestinumnya sederhana dan lurus (tubuler), dan tanpa sekum.
·    Mulutnya terletak dekat ujung anterior.
·    Ukuran tubuhnya kecil, kurang dari 1 mm dan bentuknya silindris, fusiform atau pipih.
·          Sistem reproduksinya aseksual.
Contoh :
·    Hidup bebas di laut :Plagiostomum,Dalyellia,Mesostoma,Microstomum,Macrostomum,  Catenula.
·    Hidup di air tawar : Gyratrix.
·          Hidup pada bangsa Crustacea : Fecampia.
e.   Ordo Tricladida atau Planaria
Ciri-ciri :
·    Termasuk Turbellaria berukuran besar dan sebagian besar hidup di daerah tropis.
·          Mempunyai intestinum dengan tiga cabang pokok.
·          Habitatnya bervariasi.
Hidup di air tawar : Planaria, Crenobia, Dugesia, Polycelis, Dendrocoelum.
Hidup di tanah : Rhynchodemus, ukurannya 6-8 mm.
Hidup di tempat yang lembab, di bawah daaun-daun, kayu dari pohon yang mati.
Hidup di laut : Procerodes, Bdelloura.

C.      Trematoda(Cacing Isap)
1.      Ciri-Ciri
a.  Tubuh cacing ini berbentuk pipih dorsoventral oval atau seperti daun, tidak   bersegmen, kecuali famili Schistosomatidae.
b.   Kutikulanya halus atau berduri.
c.   Biasanya mempunyai saluran pencernaan yang buntu (sekum) dilengkapi dengan satu atau dua alat penghisap untuk menempel.
d.   Memiliki sistem reproduksi hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae (cacing jantan dan betina terpisah).
e.   Makanannya diperoleh dengan cara menghisap lendir, jaringan lemak, darah yang merupakan makanan dari inangnya.
f.    Pada permukaan tubuh trematoda tidak bersilia.
g.   Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap.
h.   Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1 cm.
2.      Struktur Tubuh


3.      Habitat
            Trematoda dewasa umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.
4.      Sistem Reproduksi
5.      Metabolisme
6.      Peran
            Berperan sebagai pada parasit hewan vertebrata.
7.      Klasifikasi






D.    Cestoda(Cacing Pita)
1.      Ciri-Ciri
            a.   Semua anggota cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula.
b.  Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.            c. Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat   pencernaan.
d.   Pada skoleks terdapat alat pengisap.
e.  Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat pengisap,   juga memiliki kait (rostelum).
f.   Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
g.   Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
h.  Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).
i.  Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah tangga sendiri ( metameri)
j.  Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
k. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh cacing.
l.  Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
2.      Struktur Tubuh
a.      Kepala (scolex)
Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat)
Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering dilengkapi dengan kait.
Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).
b.      Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.

c.       Tubuh atau badan
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal, tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d.      Proglottid
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal tiga macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada eucestoda proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi menjadi :
1.   Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.
2.   Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.
3.   Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
4.   Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di usus hospes.
5.   Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen dilepas dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).
3.      Habitat
            Pada umumnya cestoda habitatnya pada saluran pencernaan makanan pada manusia atau binatang. Cacing dewasa menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertabrata .
4.      Sistem Reproduksi
a)      Sistem reproduksi Jantan :
Biasanya berkembang lebih dahulu (Protandry/Androgyny). Testis dapat 1 (biasanya banyak dan tersebar) kemudian berlanjut ke vasa efferentia.
Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan dan betina berdekatan di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid. Fertilisasi dapat terjadi sendiri dalam satu proglotid atau cross (diantara proglotid).
b)      Sistem reproduksi betina:
1.   Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh glandula Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan berakhir di porus genitalis betina.
2.   Gld.Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda) atau follikuler (pada cotyloda).
3.   Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus ini membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus ini buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:
·      bentuk uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).
·      uterus berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam proglotid.
·      Sebelum berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang melindungi sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin organ (Ex: Familia: Thysanosomidae).


5.        Metabolisme
                Cacing pita tidak punya saluran pencernaan sehingga makanannya akan langsung diserap oleh dinding tubuhnya. Sistem syarafnya mirip dengan planaria dan faciola hepatica tetapi tidak berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya membujur, bercabang dan berakhir didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka sehingga zat-zat sisa langsung di eksresikan keluar tubuh.
            Setiap lembar segmen pada cacing pita dewasa hampir semua memiliki organ reproduksi. Spermatozoa mula-mula dalam spherical testis yang mana tersebar dan dibentuk terus pada setiap segmen yang dikumpulkan dalam sebuah tabung kemudian di bawa ke genital pori melaui vas deferens. Telur berasal dari ovari yang didorong masuk kedalam saluran rahim. Dimana nantinya telur tersebut masuk pada proses pembuahan oleh spermatozoa yang mungkin datang dari proglotid yang sama dan turun pada vagina seperti proglotid tua. Uterus menjadi di gembungkan dengan telur dan dikirimkan pada cabang yang mati, dimana organ reproduksinya istirahat pada saat diserap. Ketika proglotid matang maka proglotid tersebut akan dihancurkan dan dikeluarkan bersama feces.
6.        Peran
v Taenia solium
Ø Menyebabkan Taeniasisi solium.
v Hymenolepis diminuta
Ø Menyebabkan infeksi pada orang.
v Diphyllobothrium latum
Ø Menyerang manusia malalui inang katak, ikan, Cyclops udang-udangan.

 n rahim. Dimana nantinya telur tersebut masuk pada proses pembuahan oleh spermatozoa yang mungkin datang dari proglotid yang sama dan turun pada vagina seperti proglotid tua. Uterus menjadi di gembungkan dengan telur dan dikirimkan pada cabang yang mati, dimana organ reproduksinya istirahat pada saat diserap. Ketika proglotid matang maka proglotid tersebut akan dihancurkan dan dikeluarkan bersama feces.
6.        Peran
v Taenia solium
Ø Menyebabkan Taeniasisi solium.
v Hymenolepis diminuta
Ø Menyebabkan infeksi pada orang.
v Diphyllobothrium latum
Ø Menyerang manusia malalui inang katak, ikan, Cyclops udang-udangan.





0 comments:

Post a Comment